Harga bahan bakar minyak (BBM) yang turun mulai Senin (19/1) ini,
tidak lantas membuat industri logistik memangkas harga. Padahal,
pemerintah sudah dua kali memangkas harga BBM.
Pebisnis logistik dan ekspedisi mengklaim belum bisa memangkas tarif
layanan. "Kebetulan JNE sampai saat ini tak menaikan harga, setelah
kenaikan harga BBM akhir tahun kemarin, maka saat penurunan JNE juga
tidak perlu menurunkan harga," terang Johari Zein, Chief Executive
Officer PT Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) kepada KONTAN, Jumat (17/1).
Ia menilai, persoalan naik atau turun harga bukanlah hal yang bisa
dilakukan dengan mudah. Menurut Johari dalam industri logistik tarif
yang berlaku bagi konsumen terikat pada kontrak selama jangka waktu
tertentu. Akibatnya pebisnis tidak bisa dilakukan perubahan
sewaktu-waktu.
Sejauh ini, porsi kebutuhan BBM bagi beban operasional JNE berkontribusi 30% dari total biaya.
Edi Santosa, Direktur Operasional JNE menambahkan, saat ini pihaknya
juga harus menghadapi kenaikan sewa gudang, kenaikan upah pekerja dan
tarif jalan tol.
Alhasil penurunan harga BBM tidak pernah bisa linier dengan kenaikan
biaya komponen lainnya. "Malah mungkin ada kenaikan harga, karena dengan
kenaikan harga BBM, harga produk lain naik," terang dia.
Saat ini JNE masih menghitung besaran kenaikan tarif layanan. Ia
memperkirakan kenaikan tarif bisa terjadi pada Maret atau April nanti
yang berkisar 5% hingga 10%.
Sedangkan Ekasari Lorena, Managing Director PT Eka Sari Lorena ESL Express memilih menganalisa efek dari penurunan harga BBM.
Ia memperkirakan penurunan harga solar dan premium bisa mengurangi
biaya transportasi hingga 8%. Namun, Lorena masih perlu menghitung
apakah potensi tersebut bisa mengurangi biaya operasional perusahaan
atau tidak di saat ini.
Senada, PT Pos Logistik, anak usaha PT Pos Indonesia juga masih
melihat pengaruh penurunan harga BBM dalam satu bulan hingga dua bulan
ke depan sebelum memutuskan menurunkan tarif.
Haryanto, Direktur Utama PT Pos Logistik beralasan, perusahaan ini
masih perlu mempertimbangkan harga komponen lain karena komponen BBM
menyumbang 15%-20% dari total biaya operasional. "Kalau pasti bisa
menekan biaya maka tarifnya bisa lebih murah," katanya.
Sedangkan RPX logistik mengaku tak berpengaruh harga BBM. Soalnya,
menurut Andry Adiwinarso, Vice President Sales and Marketing PT Repex
Perdana International, selama ini RPX lebih banyak memakai transportasi
udara. Jika pun ada, porsi BBM cuma 10% dari biaya operasional.
Menurut Zaldy Masita, Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI),
seharusnya penurunan harga BBM bisa membuat biaya logistik nasional
lebih murah.
Ia menghitung, harga solar yang turun 12% bisa memangkas biaya
transportasi antara 7%-10%. "Saya rasa perusahaan transportasi dan
perusahaan logistik saat ini sedang negosiasi ulang biaya," ujarnya.