Sejumlah warga dan pengendara mengaku khawatir dengan kondisi lalu
lintas jalur Solo-Semarang pascapenutupan Jembatan Timbang (JT)
Banyudono, Boyolali, sejak empat bulan lalu.
Seorang pengendara asal Semarang, Ahmad Malik Nugroho (18),
mengatakan bahwa semenjak jembatan timbang ditutup, banyak truk
berukuran besar bisa bebas melenggang di sepanajang jalan. Seperti
dilansir dari solopos.com, Ahmad juga mengatakan bahwa truk-truk
tersebut mengancam keselamatan pengendara lain.
“Keselamatan pengendara lain jelas terancam, khususnya pengguna
sepeda motor, dengan lalu lintas yang semakin padat. Risiko kecelakaan
semakin seiring terjadi lantaran jumlah truk berukuran besar seperti
truk tronton, truk kontainer, dan truk gandeng yang kian bebas melintas
di sepanjang jalan,” kata Malik, Minggu (14/9/2014).
Malik juga mengatakan kekhawatiran pengendara bertambah seiring
dengan Jembatan Comal yang belum juga bisa dilalui kendaraan berukuran
besar. Akibat perbaikan jembatan itu, lalu lintas di jalan Solo-Semarang
sebagai salah satu pilihan di jalur selatan tersebut semakin ramai.
“Saat ini Jembatan Comal belum bisa dilalui truk besar kan? Jadi
mereka akhirnya lewat jalur selatan sini. Jembatan timbang yang tutup
itu mengakibatkan truk yang jumlahnya semakin banyak tidak terkontrol.
Lalu lintas semakin padat dan membahayakan bagi siapa saja yang melintas
jalur Solo-Semarang,” ujar Malik.
Sebagaimana dipantau solopos.com, Minggu pagi, sedikitnya terdapat
lima truk berukuran besar parkir di sekitar JT Banyudono. Mereka
menggunakan area JT Banyudono yang tidak berfungsi tersebut sebagai
tempat peristirahatan. Meski ramai truk, tidak satu pun petugas yang
berada di dalam kantor JT.
“Sopir angkutan barang yang membawa muatan melebihi tonase akhirnya
lolos dari pengawasan petugas akibat JT Banyudono tutup. Mereka bebas
melintas, tidak membayar pajak serta denda apabila berbuat salah,” imbuh
Malik.
Sementara itu, salah seorang warga yang dimintai bantuan untuk
menjaga kantor JT Banyudono, Wito, 56, mengatakan perlu ada kesadaran
dan kerjasama dari pengemudi truk besar untuk mematuhi peraturan lalu
lintas setelah JT Banyudono tutup. Pengemudi harus melewati jalur yang
dirasa tidak mengganggu dan mengakibatkan lalau lintas semakin padat
hingga macet.
“Seluruh pengusaha armada angkutan barang dan para sopir-sopirnya
harus tertib. Minimal, jangan sampai membawa mutan melebihi tonase. Ya
memang butuh kesadaran dan kerjasama. Soalnya, saat dulu ada petugas
saja, masih banyak ditemukan sopir-sopir angkutan barang yang nakal
dalam tanda kutip,” jelas dia.
Wito juga menambahkan perlu ada sikap tegas dari pemerintah atau
petugas kepolisian untuk mengatur lalu lintas. Apabila dirasa ada
kendaraan yang melintas di Kota Susu dan sekitarnya dengan tidak
mematuhi aturan, bisa langsung dikenakan sanksi. “Saya belum tahu
kebijakan pemerintah menganai JT Banyudono ini. Entah tutup atau buka
saya hanya berharap lalu lintas bisa lancar dan aman. Kondisi itu bisa
tercipta dengan peran semua pihak, baik masyarakat, supir, petugas
kepolisian, serta dinas perhubungan,” terang Wito.