JAKARTA. Pasar properti perkantoran di kawasan pusat bisnis atau central business district (CBD) Jakarta pada kuartal ketiga 2014 diwarnai penurunan harga sewa. Penurunan tersebut akibat melemahnya permintaan.
Koreksi permintaan sebetulnya sudah terlihat sejak awal 2014, yaitu
pada saat Pemilihan Umum. Pasar perkantoran yang sebelumnya diprediksi
pulih setelah mengalami perlambatan penyerapan pada 2013, ternyata
berjalan tidak sesuai ekspektasi.
"Kenyataannya, tingkat serapan tidak mengalami kenaikan. Sejak awal
tahun sampai September 2014 tingkat serapan hanya pada level 200.000
meter persegi, sementara proyeksi 400.000 meter persegi," kata Senior Associate Director Office Service Colliers International Indonesia, Sutrisno R Soetarmo, kepada Kompas.com, Selasa (7/10).
Menurut Sutrisno, beberapa pemilik dan pengelola gedung perkantoran,
baik yang bertarif dollar AS maupun rupiah, sudah mulai menyesuaikan
harga sewa sejak awal semester dua ini. Tak hanya mengoreksi harga sewa
transaksi, melainkan juga harga sewa penawaran. Salah satu contohnya
harga sewa World Trade Center II.
"Besaran penurunan harga sewa gedung-gedung perkantoran tersebut serentang 10% hingga 40%," kata Sutrisno.
Koreksi harga sewa dilakukan terhadap luasan ruang kantor yang tersedia (available space).
Untuk perkantoran grade A dan premium, penurunan harga sewa optimum
(optimum price) terjadi di beberapa kawasan baik di CBD Sudirman maupun
di luar kawasan CBD Sudirman.
Sutrisno menambahkan, koreksi harga tersebut potensial mendorong
penurunan harga sewa rerata. Jika sekarang harga sewa penawaran rerata
Rp 250.000 per meter persegi, bisa turun menjadi Rp 200.000 per meter
persegi. Sementara itu, harga sewa penawaran rerata gedung grade A yang
saat ini mencapai Rp 350.000 per meter persegi bisa melorot menjadi Rp
200.000 per meter persegi.
Penurunan tak hanya terjadi pada segmen harga sewa dan permintaan,
melainkan juga tingkat hunian. Saat ini harga sewa hunian berada pada
level 95.4% atau turun 1% dibanding kuartal kedua tahun ini.
Menurut Associate Director Research Colliers International
Indonesia, Ferry Salanto, penurunan kinerja tingkat hunian sudah terjadi
sejak 2013 yang bergeser 96.5% dari sebelumnya sekitar 97%. "Puncak kinerja tingkat hunian tertinggi terjadi pada 2012 yang mencapai sekitar 97%," ujar Ferry.
Pasokan baru
Lebih jauh Sutrisno menuturkan, kondisi anjloknya harga sewa dan
kemerosotan permintaan, akan terus berlangsung hingga akhir tahun ini.
"Tahun depan jika kondisi makro belum pulih dalam perhitungan asumsi
rupiah masih terdepresiasi, inflasi naik akibat perubahan lonjakan harga
BBM dan suku bunga tinggi, maka situasi pasar perkantoran akan seperti
kurun 2008-2009, terlebih pasokan 2015 di CBD Jakarta sebanyak 607.462
meter persegi," tandas Sutrisno.
Sementara itu, secara umum Colliers memproyeksikan pasokan baru
perkantoran yang masuk pasar hingga akhir 2014 mencapai 2,5 juta meter
persegi atau lebih dari separuh pasokan total kumulatif 4,8 juta per
meter persegi. Sebanyak 50% di antaranya sudah terserap dalam bentuk
komitmen awal. Adapun pra komitmen untuk pasokan perkantoran baru yang
masuk 2015 baru mencapai 25%.