Semakin menggeliatnya bisnis belanja online (
online shopping)
oleh masyarakat Indonesia mendorong bisnis logistik nasional makin
bergairah. Perkembangan online shopping seperti diketahui tak bisa lepas
dari jasa logistik.
Online shopping sudah menjadi kebutuhan dan gaya hidup masyarakat urban dewasa ini. Berdasarkan Online Shopping Outlook 2015 yang dikeluarkan BMI Research, peluang pertumbuhan pasar belanja online masih sangat besar seiring meningkatnya jumlah pengguna internet di Indonesia.
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldi Masita mengatakan, online shopping
merupakan fenomena baru di bidang logistik. Di mana, masyarakat mau
membayar biaya logistik lebih mahal asal bisa mendapatkan barang sesuai
keinginan dalam waktu yang singkat.
"Ini kesempatan bagus untuk perusahaan logistik di daerah untuk bisa melayani online shopping. Karena, selama ini perusahaan logistik hanya fokus di kota-kota besar," ujarnya di Jakarta, Senin (26/1).
Diakuinya, online shopping buah manis bagi bisnis logistik,
yang mana perusahaan logistik daerah sebaiknya berkolaborasi dengan
perusahaan logistik yang lebih besar. "Bahkan, kurir yang sebelumnya
suram karena surat elektronik menjadi bisnis yang sangat menjanjikan
berkat bisnis ini," tambah Zaldi.
Hasil riset BMI Research mengungkapkan, pada tahun 2014 pengguna
belanja online mencapai 24 persen dari total pengguna internet di
Indonesia. Riset tersebut dilakukan di 10 kota besar di Indonesia
terhadap 1.213 orang dengan usia antara 18-45 tahun melalui metode phone
survey.
Head of BMI Research Yoanita Shinta Devi memprediksi pasar belanja
online di Indonesia akan tumbuh hingga 57 persen pada 2015, atau
meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Menurutnya, besarnya potensi pertumbuhan industri pasar belanja
online di Indonesia ini sejalan dengan target penguna internet yang
dicanangkan Kementerian Komunikasi dan Informatika pada 2015, yaitu
mencapai 150 juta penguna internet dari total penduduk Indonesia sekitar
255,5 juta jiwa.
Dilihat dari perputaran uangnya, hasil riset BMI mengungkapkan nilai
belanja online pada 2014 mencapai Rp 21 triliun, dengan nilai belanja
rata-rata per orang per tahun Rp 825 ribu. Dengan asumsi nilai belanja
yang sama, maka di tahun 2015 nilai belanja online diprediksi akan
meningkat hingga mencapai Rp 50 triliun. Ini merupakan kondisi yang
positif bagi pertumbuhan bisnis pasar belanja online di Indonesia.
"Rp 21 triliun itu sudah hampir dengan omzet satu blok di Tanah Abang
yang mencapai Rp 25-30 triliun. Sebagian pedagang Tanah Abang sudah
merambah ke online shop. Kontribusi online shopping bagi pertumbuhan ekonomi besar,” sebutnya.
Dari sisi demografi, yang paling berminat dengan belanja online
sebesar 53 persen adalah perempuan, dan 56 persen berusia muda antara
18-30 tahun. Kecenderungan perempuan yang meminati belanja online juga
terlihat dari produk-produk favorit yang laku terjual, yaitu pakaian (41
persen), fashion dan aksesoris (40 persen), sementara gadget dan
elektronik masing-masing mencapai 11 persen. "Sebagian besar dari
konsumen belanja online atau 8 dari 10 orang bertransaksi dengan
menggunakan mobile device," tambah Yoanita.
Melihat potensi itu, Managing Director JNE, Johari Zein menyatakan,
JNE akan semakin fokus pada peningkatan kapasitas pengiriman untuk
mendukung pesatnya pertumbuhan e-commerce di Indonesia. Salah
satunya dengan menambah beberapa kantor cabang di kota-kota besar yang
beroperasi selama 24 jam. Selain itu, kata dia, pemaksimalan teknologi
komunikasi di mana JNE berupaya agar gerainya yang berjumlah lebih dari
5.000 outlet terakses dengan internet yang baik, sehingga masing-masing
gerai mempunyai kemampuan untuk membentuk pasar bagi e-commerce.
Sampai dengan tahun ini, JNE, disebutkannya telah menangani
pengiriman dengan rata-rata 8–10 juta transaksi per bulan dan jumlah
tonase mencapai 100 juta ton lebih. Oleh karena itu, peningkatan
infrastruktur maupun pembangunan infrastruktur baru terus dijalankan.
Lanjut Johari, sejauh ini JNE sudah menjalin kerjasama dengan banyak
e-commerce besar di Indonesia, seperti Lazada, Zalora, Blibli,
Tokopedia, Bhinneka dan lain-lain.
"Selain bekerjasama dengan e-commerce besar, JNE juga mengembangkan
suatu sistem logistik yang memberikan solusi rantai pasok untuk usaha
kecil dan menengah yang terkait dengan e-commerce, sehingga dapat
membantu para online seller terutama pada tahap pemula untuk mengatur
kebutuhan logistiknya," imbuh seraya menambahkan, kontribusi online shop
sekitar 40-60 persen dari total pengiriman JNE.